Fakta dibalik Julukan Gresik Sebagai Kota Pudak
Ragam, Gresik - Kabupaten Gresik, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, terkenal dengan julukan "Kota Pudak." Julukan "Kota Pudak" yang melekat pada daerah ini berkaitan erat dengan keunikan kuliner yang dimilikinya. Pudak adalah makanan khas asli Kabupaten Gresik, berbentuk kue tradisional dengan cita rasa manis. Saat menjelajahi Gresik, sangat mudah bagi seorang pelancong untuk mengenali pudak, yang biasanya berbentuk seperti bilah dan digantung di depan toko.
Kata "pudak" sendiri berasal dari bahasa Jawa, mengartikan "pemimpin" atau "pemimpin bijaksana." Julukan ini mencerminkan karakteristik masyarakat Gresik, yang selalu dipimpin oleh para pemimpin bijaksana sepanjang sejarahnya. Dalam konteks sejarah Gresik, "pudak" merupakan gelar kehormatan yang diberikan kepada pemimpin terkemuka atau tokoh yang dihormati dalam komunitas.
Menurut laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bahan dasar pudak terdiri dari tepung beras, gula, dan santan kelapa, semuanya dipersiapkan dengan cara dikukus. Pada awalnya, hanya ada tiga jenis pudak, yaitu pudak putih yang terbuat dari gula pasir, pudak merah yang terbuat dari gula merah, dan pudak sagu yang terbuat dari tepung sagu. Namun, variasi pudak modern mencakup campuran ekstrak daun pandan dan suji, yang memberikan warna dan aroma yang menarik.
Pudak biasanya dibungkus dengan ope atau daun pinang, meningkatkan aromanya dan karakteristiknya yang khas. Sebelum digunakan, bagian bawah daun pinang harus dimuluskan untuk memisahkan kulit dalam dan kulit luar. Hal ini karena hanya kulit dalam yang lebih tebal dan halus yang digunakan untuk membungkus pudak, sedangkan kulit luar dibuang.
Daun pinang memiliki keunggulan tersendiri sebagai pembungkus dibandingkan dengan daun dari tanaman lain. Selain lentur, lapisan dalam daun pinang menyerupai bahan plastik alami yang dapat mengatur suhu kue pudak. Ketika adonan pudak yang masih panas dibungkus dengan daun pinang, adonan tersebut cepat mengering karena lapisan yang menyerupai plastik itu memiliki pori-pori yang mempercepat proses penguapan.
Sejarah Pudak Khas Gresik
Sejarah Pudak Khas Gresik masih agak misterius, hanya diketahui oleh para pembuat pudak turun-temurun. Dalam buku berjudul "Kearifan Lokal Kemasan Penganan Tradisional" (2017) yang ditulis oleh Listia Natadjaja dan Elisabeth Yuwono, Ibu Suharsih, yang merupakan generasi ketiga pembuat pudak, mengungkap asal-usul makanan tradisional ini. Diketahui bahwa nenek Ibu Suharsih mulai membuat dan menjual pudak sekitar tahun 1949, pada saat yang ditandai oleh kondisi perang yang sulit.
Setelah pulang dari pengungsian, neneknya mendapat saran untuk menjual pudak. Ini karena pudak mampu mengenyangkan, berbeda dengan nasi yang memerlukan lauk. Selain itu, pudak juga memiliki masa simpan yang panjang. Pudak awalnya dijual secara terpisah, tetapi seiring berjalannya waktu, berubah menjadi bentuk sekarang, yaitu bilah.